Artikel Meilanie Buitenzorgy ini merupakan respons atas artikel Dr Tifauzia Tyassuma.
REPUBLIKA.CO.ID, Republika.co.id memuat artikel Dr Tifauzia Tyassuma berjudul"Buzzer Membunuh demi Nasi dan Receh". Artikel mendapat respons pro kontra. Salah satunya respons dari Meilanie Buitenzorgy, seorang dosen dan peneliti di sebuah PTN di Jawa Barat, yang menulis di Kompasiana. Republika.co.id mengundang Meilanie untuk memberikan respons atas artikel Dr Tifauzia. Berikut adalah artikel yang ditulis Meilanie.
Ketiga, pada hari Minggu 12 April 2020, pihak Republika sedikit mengedit artikel tersebut, yang sebelumnya disebutkan TT sebagai Direktur Eksekutif CEEBM, diubah jadi mantan Direktur Eksekutif CEEBM. Tanpa pemberitahuan ralat sebagaimana standar penulisan artikel media mainstream. Semua kebohongan tersebut ia posting di akun Facebook-nya secara berkala. Selama 2015-2017, berbagai media mainstream, media televisi sampai Mata Najwa pun meliputnya. Ia pun sempat dielu-elukan sebagai The Next Habibie. Bahkan Departemen Luar Negeri RI sempat memberikan penghargaan kepada DH sebagai WNI Berprestasi. Dirjen Dikti pun sempat mengundangnya sebagai World Class Professor.
Surat terbuka ini kemudian diamplifikasi oleh banyak portal media “alternatif” . Dari sini, berbagai media mainstream maupun televisi meliput dan mewawancarai TT sebagai ahli epidemiologi klinis dan direktur lembaga epidemiologi CEEBM. Ia mengklaim memiliki beberapa hak paten atas karya-karyanya, bekerja sebagai dosen di FKUI dan menjabat sebagai direktur eksekutiflembaga epidemiologi Clinical Epidemiology and Evidence Based Medicine FKUI-RSCM. Ia pun mengklaim memiliki multi kompetensi, tidak hanya ahli epidemiologi klinis, tapi juga ahli nutrisi dan ahli virology.
Laman Forlap Dikti menyatakan bahwa TT telah mengundurkan diri dari program S3 FKUI beberapa tahun lalu. Di dunia kampus, dimafhumi bahwa status mengundurkan diri adalah bentuk eufimisme dari status drop-out atau gagal. Mahasiswa yang gagal studinya diminta membuat surat pengunduran diri. Hanya mereka yang menghilang atau menolak membuat surat ini yang akhirnya diberi status gagal. Padahal, dalam wawancara dengan Tempo, TT mengaku berstatus mahasiswa aktif di program S3 FKUI.
Google Scholar adalah browser paling generik yang dapat digunakan untuk menelusuri rekam jejak kepakaran seseorang. Satu-satunya karya ilmiah TT yang muncul di Google Scholar adalah tesis S2-nya di bidang kesehatan maternal . Tesis tersebut hingga saat ini tidak pernah dirujuk atau disitasi seorang peneliti pun.
Puncak perseteruan terjadi ketikatuduhan TT pada para netizen pengkritiknya sebagai buzzer bayaran receh dimuat di Republika. Beberapa netizen protes dengan cara menulis surat terbuka kepada Republika dari akun medsos masing-masing. Padahal Indonesia tidak kekurangan pakar epidemiology dan public health dengan reputasi mendunia, baik yang berlatar belakang kedokteran klinis maupun disiplin ilmu lainnya. Kita punya Prof. Dr. dr.
Malaysia Latest News, Malaysia Headlines
Similar News:You can also read news stories similar to this one that we have collected from other news sources.
VIDEO – Gegara Covid-19, Mertua di Lapas Kupang Bantah Pernyataan Pasien Positif Corona - Pos KupangVIDEO – Gegara Covid-19, Mertua di Lapas Kupang Bantah Pernyataan Menantu di RSU Kupang. Pernyataan membias soal Covid-19 dan napi di Lapas Kupang.
Read more »
Fasilitas TV dan Area Olahraga Disediakan di Tempat Karantina Covid-19 TangselTangsel mendirikan Rumah Lawan Covid-19 yang menjadi tempat karantina ODP dan PDP kasus Covid-19.
Read more »
Uni Emirat Arab Luncurkan Layanan Pernikahan |em|Online|/em| |Republika OnlineUni Emirat Arab memberi layanan nikah online di tengah wabah Covid-19
Read more »
Anggaran Kemhan-KPK Dipangkas untuk Corona, Kemdikbud dan Kemkes DitambahAnggaran sejumlah kementerian dan lembaga negara dipangkas untuk penanganan virus corona atau Covid-19 di Indonesia.
Read more »
7.808 Karyawan di Kota Bandung Kena PHK dan Dirumahkan |Republika Online7.808 karyawan di Kota Bandung kena PHK dan dirumahkan dampak dari pandemi Covid-19.
Read more »